NusantaraTerkini.Com – Pasar Panorama Kota Bengkulu menjadi salah satu percontohan pasar tradisional modern yang dibangun Kementerian Perdagangan. Tapi sayang wajah Pasar Panorama hingga saat ini belum menunjukan wajah pasar percontohan tingkat nasional. “Pasar Panorama adalah pasar percontohan tingkat nasional tapi gagal,” kata Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bengkulu Suimi Fales.

Kendati demikian, Suimi enggan menyalahkan siapapun perihal kegagalan pasar panorama menjadi pasar percontohan. “Bukan salah pemerintah, tapi salah kita semua. Eksekutif salah, legislatif salah dan para pedagang pun salah. Untuk itu ke depan semua pihak, seluruh stakeholder harus bersatu, bersepakat membuat Pasar Panorama menjadi pasar yang lebih baik lagi, tidak semrawut, bersih, aman dan nyaman,” tukasnya.

Pasar Panorama/Foto Pedomanbengkulu.com

Lebih lanjut Suimi secara gamblang mengutarakan, pasar tradisional merupakan salah satu pilar perekonomian karena ikut menjaga perekonomian sektor riil. Pasar tradisional menjadi penyerap tenaga kerja. Menjadi wadah utama penjualan kebutuhan pokok yang dihasilkan pelaku ekonomi berskala kecil, menengah dan mikro.

Bagi pemerintah, pasar tradisional menjadi sumber pemasukan retribusi yang selanjutnya akan disalurkan kembali bagi kepentingan masyarakat luas. Modernisasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melakukan penataan kawasan pasar. Modernisasi dilakukan guna meningkatkan fungsi dan daya tarik pasar tradisional dengan meningkatkan kebersihan, kenyamanan, keamanan dan ketertiban.

Meski demikian, upaya penataan pasar tradisional sering kali menimbulkan protes dari sebagian pedagang hingga terjadi bentrok antara pedagang dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Menurutnya hal ini disebabkan lantaran pedagang sebagai salah satu unsur penting jarang atau bahkan tidak dilibatkan pada proses perencanaan.

Harusnya pemerintah melakukan dialog antar stakeholder agar terjadi kesepahaman antara pihak-pihak yang berkepentingan. Sebab kebutuhan masing-masing pedagang jelas berbeda, tapi tidak menutup kemungkinan berbagai keinginan atau kebutuhan tersebut bisa disatukan dalam satu semangat, demi perbaikan pasar. Di sisi lain, ketika ini dilakukan, para pedagang tersebut dapat mengerti apa yang menjadi keinginan pemerintah terkait rencana penataan kawasan pasar.

Karena pada prinsipnya, pedagang juga paham bahwa tidak semua keinginannya bisa terpenuhi. Namun bila sejak awal dialog sudah dilakukan dan pedagang dilibatkan, paling tidak mengurangi gesekan kepentingan antar pemangku kepentingan. Begitu juga dengan proses pemagaran pasar yang dilakukan Pemerintah Kota Bengkulu saat ini dan keinginan para pedagang agar pintu sebagai akses jalan masuk dan keluar ditambah menjadi 10 pintu.

Harus dilihat dari sisi semangat penertiban agar semua tertib. Kalau semua pedagang sudah masuk ke dalam, mudah-mudahan kesemrawutan Pasar Panorama tidak ada lagi. “Karena bagaimanapun saya yakin bahwa baik para pedagang dan pemerintah sama-sama ingin memajukan pasar tradisional dan perekonomian rakyat secara luas,” demikian Suimi. [NU9u3]

By

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *